Waru dhoyong, dikenal di kalangan masyarakat adat tradisional Jawa, sebagai Pohon Waru, yang banyak duri besarnya, dan karena tumbuh di sisi sungai, maka batangnya jadi ’dhoyong’ (miring). Dalam kepercayaan lama, Pohon Waru yang tumbuh di sisi sungai dan kondisinya miring ke arah sungai; dipercaya banyak dihuni oleh berbagai makhluk astral, termasuk hantu-hantu setempat (hantu lokal). Entah dari mana asal pemahaman ini. Tetapi begitulah yang dipercayai berbagai kalangan masyarakat adat tradisional Jawa, terutama di daerah Pesisir utara Pulau Jawa.
Tembang Mantra Waru Dhoyong, berkisah tentang keberadaan berbagai hantu, yang semula menghuni rimba belantara. Dalam syairnya, disebut ada hantu Banaspati, yang wujudnya berupa kepala tanpa badan, dan diliputi rambut api yang menyala berkobar-kobar. Lalu ada juga hantu yang berbentuk sekumpulan tulang manusia, lengkap sebesar tubuh manusia, tetapi tanpa daging. Lazim disebut ’tetekan’, atau dalam istilah bahasa Jawa sehari-hari, disebut ’jrangkong’. Para hantu penghuni hutan rimba belantara ini, dikisahkan punah dalam suatu kebakaran hutan.
Kebakaran besar yang memusnahkan para hantu itu, juga mengakhiri berbagai kisah tentang keberadaan para hantu itu. Tetapi, kemudian, juga membuka tabir baru, yang mengisahkan kisah-kisah baru di dunia bunian yang maya itu.
Syair:
O,
Waru dhoyong, waru dhoyong,
Alas kobar alas kobong,
O,
Angubar risang Banaspati,
Jin peri perayangan gya lumayu,
Balung atandhak hamrayang lumaku,
O,
Sigra lebur dadya lebu,
O,
Abang kawelagar dahana geng angubar,
Gelap ngampar thathit ambelah bumi,
Watu gilang lebur dadi sawalang,
Sigar kadya bebukaning warana,
Lebur dadya wusananing carita,
Hamungkasi wasananing kandha.
O,
Waru dhoyong, waru dhoyong,
Alas kobar alas kobong,
O.
Terjemahan:
O,
Waru doyong, waru doyong,
Hutan berkobar, hutan terbakar,
O,
Membakar sang Banas-Pati,
Jin peri dan perayangan segera berlari,
Tulang yang menari-menari tampak samar-samar berjalan,
O,
(Mereka semua) segera hancur-lebur menjadi debu,
O,
Merah membara api yang membakar,
Halilintar menggelegar, petir menyambar membelah bumi,
Batu hitam hancur lebur menjadi sebesar belalang,
Belah bagai menjadi pembuka bagi suatu babak baru,
Menghancurkan akhir dari suatu cerita,
Mengakhiri kisah yang diceritakan,
O,
Waru doyong, waru doyong,
Hutan berkobar, hutan terbakar.
Direkam pada hari Minggu pagi, 3 November 2023, di Ruang Latihan Bersama (RLB), Campus Center ITB, Lantai Bawah.
1 view
1045
302
7 months ago 00:04:13 1
TEMBANG SULUK PESISIR: SULUK PATHET NEM WANTAH
10 months ago 00:04:42 1
TEMBANG SULUK PESISIR: SULUK MANTRA WARU DHOYONG
1 year ago 00:07:35 1
TEMBANG SULUK PESISIR: TLUTUR, LARAS SLENDRO BARANG MIRING
1 year ago 00:05:30 1
TEMBANG PESISIR: SULUK MANTRA MANYURA 1 (MBAK JANE 1)
1 year ago 00:02:29 1
06 SULUK CENGKOK MANGKU-NEGARAN: SENDHON KLOLORAN
6 years ago 00:08:18 2
TEMBANG PESISIR: SULUK PATHET NEM WANTAH (29 DES 2018)